picture from here |
Ada satu syair dari Iman Syafii yang aku suka dari Novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi, yaitu
Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman
Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang
Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.
Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang
Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.
Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan
Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, kan keruh menggenang
Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, kan keruh menggenang
Singa jika tak tinggalkan sarang tak akan dapat mangsa
Anak panah jika tidak tinggalkan busur tak akan kena sasaran
Anak panah jika tidak tinggalkan busur tak akan kena sasaran
Jika matahari di orbitnya tidak bergerak dan terus diam
Tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang
Tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang
Bijih emas bagaikan tanah biasa sebelum digali dari tambang
Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa
Jika didalam hutan.
Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa
Jika didalam hutan.
aku menyukai ini karena aku sendiri merasakan efek dari merantau.
jadi saat aku baru menginjak 17 tahun, aku resmi merantau ke Jakarta untuk menuntut ilmu. dulu ga pernah terbayang kalau aku akan begitu jauh dari kota kelahiran. saat itu aku baru merasakan begitu banyak kesenangan karena baru aja melewati sweet seventeen, dapet kado spesial dari mama, baru tamat SMA, dirayakan dengan semua sahabat baik, dan lagi sibuk-sibuknya dengan gebetan. huahaha..
sedang dalam masa berbunga-bunga, tiba-tiba dapet kabar kalau aku lulus di sekolah kedinasan di Jakarta (okay, jurangmangu itu jakarta coret kan ya?). dulu itu adalah masa galau dimana aku ga sreg dengan pilihan universitas yang dipilihkan oleh mama apalagi jurusannya. ujung-ujungnya waktu UMPTN jawabnya ngasal. sejam pertama ujian diisi dengan clingak clinguk (kertas ujian kosong), sejam kedua, sibuk itung kancing hihi.. begitu pengumuman UMPTN baru deh nyesel, kok ga diseriusin ya ikut UMPTNnya? masih lulus sih di pilihan kedua. tapi aku ga suka. huhu.. terus berpikir aku ini mau jadi apa? (anak muda baru kepikiran akibat setelah akhir cerita)
ga lama dari pengumuman UMPTN, ternyata aku diterima di sekolah kedinasan di Jakarta. oke walaupun bingung dengan nama spesialisasinya yang penting ke Jakarta (cetek banget ini). waktu diantar sama mama untuk daftar dan cari kosan masih seneng banget. berasa kayak, waw..aku bakal tinggal disini lho. sendirian. ga ada orang tua. asiikkk...
trus pulang ke palembang, deket-deket waktu kuliah baru dateng lagi ke jakarta bawa barang bawaan dan sendirian. mulai deh berasa sendunya. ga pernah menyangka akan seberat ini. ga pernah tau akan sesusah ini hidup jauh dari keluarga. tapi disana, aku menemukan begitu banyak teman yang senasib. saling menguatkan dan menjadi keluarga kedua.
untuk pertama kalinya juga, aku berada di lingkungan yang multietnis. adaptasi besar-besaran. mulai dari bahasa yang hampir sepenuhnya ngomong jawa dan karena mukaku yang katanya "jawa" diajak ngomong pake bahasa jawa juga yang berujung dengan tatapan muka bengong. masalah bahasa ini sempat membuatku sangat sedih. bayangin aja orang-orang di sekitar itu ngomong tapi kita ga ngerti yang diomongin apa. berasa kayak makhluk planet lain. hihi.. belum lagi ada hal yang menurutku di palembang, biasa aja. disana menjadi luar biasa atau "kasar". oh oke,, bagian ini aku pelajari dengan sedikit berdarah-darah karena gegar budaya tadi. dan poin plusnya adalah karena di sekolahku ini cewek bisa dihitung pake jari akhirnya yang mukanya STD kayak aku aja jadi laku. padahal waktu di palembang mah boro-boro laku, dilirik juga ga. haha...
tapi darisana lah aku belajar bahwa hidup ini tidak semudah saat aku masih di tanah asal. perlahan tapi pasti, aku belajar dari setiap masalah yang datang. waktu awal banget, aku belajar bagaimana supaya bisa bertahan disana. kontrol pembagian waktu adalah yang paling pertama dipelajari. karena masih semangat di jakarta jadi bawaannya mau main kesana-sini. tapi tetep harus diimbangi dengan mengerjakan tugas yang bejibun kalau ga mau di DO dari sekolah. haha..
pelajaran kedua adalah cara membawa diri. aku selama ini kurang memperhatikan hal ini karena yang aku liat, temen-temenku dulu biasa-biasa aja dengan sikapku trus jadi keterusan waktu di jakarta. dan karena multietnis tadi, ternyata apa yang oke menurutku belum tentu oke bagi yang lain. walhasil, miskomunikasi karena perilaku. di bagian ini lah yang bikin berdarah-darah karena aku yang egois ini berpikir, kok salah? kenapa? untungnya begitu banyak temen-temen yang baik, yang mau mengajarkan kalau ini ga oke vi karena bla bla bla. that's what friends are for. memberitahu kalau salah dan meluruskan ketika bengkok. dan ini adalah pelajaran ketiga yang kudapat disana.
sebenarnya masih banyak pelajaran lain yang didapat dari merantau. selain mendapatkan pelajaran, aku juga dapat jodoh di perantauan. hihi.. yang pasti, aku merasa dengan merantau, aku bisa terbentuk menjadi pribadi yang seperti sekarang. melihat dunia yang jauh lebih luas, juga membuka pikiran dan perspektif baru dalam melihat kehidupan.
itu sebabnya sekarang aku selalu menyuruh adek-adekku agar merantau minimal travelling ke banyak tempat agar pikiran mereka terbuka. travelling ini juga selalu aku masukkan dalam cita-cita tahunan.doakan ya teman-teman agar segera terwujud :)
jadi.. mau traveling kemana tahun depan, Vi? *kepo akut* :p
BalasHapusBtw, jaman kuliah di ST*N dulu, aku juga belajar banyak hal, loh. Nggak semua manis, tapi sungguh memperkaya pengalaman banget. :)
aamiinin aja lah fit. klo ada rejekinya ya jalan. hehe.. (sambil ngitung biaya bangun rumah)
Hapusemang ya masa kuliah ini yang paling berkesan. klo aku, mungkin karena aku sendirian untuk pertama kalinya. biasanya kan di bawah ketek emak trus. hihi...
Aku juga suka syair Imam Syafii itu jadi inget waktu penempatan pertama di Padang sana mana pengantin baru pula suami kerja di Palembang beraaatt banget rasanya tapi sungguh ga nyesel sempat setahun di Padang dan di Jambi aku banyak dapet teman dan pengalaman baru
BalasHapusbener banget. kalau anak yang udah pernah merantau, terasa bangetlah syair itu. pas dengan semuanya (yang ga pas pun, di pas-pasin) hihi...
Hapushahaha,,,, kebalikan.... kalo aku justru pada gak dipercaya kalo aku orang jawa aseli 100%.. gak tau dari wajah ato dari bahasa...
BalasHapusseringnya dikira orang padang hihi...
etapi bener ya jurangmangu itu kaya sebuah kampung di jawa saking banyaknya yang berbahasa jawa :D
nah kan..muka itu menipu. aku aja kaget waktu diajak ngomong jawa. trus aku jawab, "maaf bu, saya ga ngerti" trus dia ngakak kenceng karena dia pikir aku orang solo atau yogya (atau mungkinkah cara bicaraku sangat halus jadi bisa ketipu?xixi..)
Hapusdan bener banget mbak. aku dulu aja kaget kok orang sekampus ngomongnya jawa kan ini di jakarta. hihi...
Menado ahahahaa
Hapusmasa kuliah itu ya...emang masa sangat luar biasa deh pokoknya...
BalasHapuspait, asem, manis
nona nona banget...hahaha
sangat.. masa kuliah itu emang yang paling berkesan euy
Hapus