Pages

Jumat, 14 November 2014

dua sisi

posisiku di kantor, ga elit-elit banget sebenernya. cuma pelaksana, kroco, yang kalau disuruh-suruh harus nurut. kalau ga, ya silahkan aja berharap performa tahunan tetap bisa tercantum dengan nilai "memuaskan".

masalah utamanya, posisiku ini adalah posisi rawan. emang posisi apa sih macem penting aja? hehe.. ga juga kok sebenernya cuma administrator mesin absensi dan CCTV kantor . bagi yang kerja di kementerian k***ng*n tau bangetlah betapa berartinya 1 detik di mesin absensi karena menentukan potongan tunjangan setiap bulannya. nah karena itulah, aku sering banget diajak kongkalingkong sama temen.

mesin absensi kantorku tipe yang memakai sidik jari dan pin untuk melakukan kehadiran. jelas aja temen-temenku banyak yang memilih memakai pin. karena apa? biar absennya bisa nitip sama temen yang lain. nah sewaktu aku jadi adminnya, mulai deh aku ubah semuanya. aku ga mau ada kecurangan kayak gitu. jadi semuanya direkam ulang dan hanya diperbolehkan memakai sidik jari aja tanpa pin. bahkan para *selon III pun dengan tegas aku tolak ketika meminta pin. alhamdulillah selama ini beres. ga ada kecurangan lagi.

nah masalah utama muncul ketika adanya pergantian atasan dan salah satu atasanku meminta agar dia diperbolehkan memakai pin untuk absensi dengan alasan sidik jarinya sulit terbaca. sebenarnya ada juga temen kantor yang bermasalah dengan sidik jari setiap harinya. setelah konsultasi dengan atasan langsung, akhirnya khusus untuk dua orang itu diperbolehkan memakai pin.

ketakutanku terjadi. temen-temen lain ribut minta memakai pin juga. tapi selama ini aku selalu hadapi dengan muka lempeng (klo ga bisa dibilang jutek). siang ini, tiba-tiba salah satu temen mendekati aku. dia khusus meminta agar dia diperbolehkan memakai pin untuk absen dengan alasan dia harus mudik. yang bersangkutan ini ga punya uang untuk biaya pulang kampung padahal anaknya sedang sakit. kalau kayak gini siapa coba yang ga miris. aku punya anak juga kan? dan aku tahu banget bahwa setiap bulannya dia menabung agar bisa menemui anaknya di kampung minimal sekali sebulan. dia meminta udah sampe mohon-mohon. di satu sisi aku ga tega karena aku paham banget kesusahan temenku ini. tapi di sisi lain, itu kecurangan kan? alamak..akhirnya dengan berat hati aku tolak permintaannya.

aku tahu dia kecewa. aku tahu dia mungkin akan membenciku karena keadaan ini. semoga dia akan mengerti suatu hari nanti. bahwa yang salah tetaplah salah walau dipoles dengan pembenaran seperti apapun juga.


2 komentar:

  1. ya ampun.. posisi yang susah ya... tapi ya harus tegas emang ya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya koh. sekali aku turutin yang ini, besok temen-temen yang lain akan ikut-ikutan. tambah runyam jadinya :(

      Hapus